Ukirlah Diatas Pasir, Jangan Diatas Batu- Sobat blogger, apakah kalian punya sahabat karib? Pernahkan sahabat kalian melakukan kesalahan yang membuat sobat blogger marah?
Kira-kira apa yang akan sobat blogger lakukan untuk melampiaskan amarah kalian kepada sahabat karib kalian yang sudah membuat sebuah kesalahan?
Membenci sahabat kalian dan memutuskan hubungan persahabatan? Membicarakan kesalahan yang sudah diperbuatnya kepada kalian hingga semua orang tahu dan tak ada lagi yang mau berteman dengan sahabat sobat blogger? Sepertinya itu bukanlah langkah yang tepat.
Sebaiknya sobat blogger baca kisah bijak yang satu ini. Agar sobat blogger bisa lebih memahami apa sebenarnya yang kita butuhkan dalam sebuah pertemanan sejati. Berikut ini adalah kisah inspirasi tersebut.
Pada suatu ketika, hiduplah sepasang sahabat yang sedang berkeliling dunia dengan berjalan kaki. Mereka selalu seirama, memasuki pedalaman hutan, melewati lembah, mendaki gunung dan melewati gurun pasir yang luas. Sepanjang perjalanan, banyak cerita menyenangkan dan menyedihkan, seringkali mereka bercanda, namun tak jarang mereka bertengkar.
Salah satu di antaranya bertugas membaca peta, menentukan jalan mana yang harus diambil sehingga mereka tidak tersesat. Suatu hari, entah karena kehilangan konsentrasi atau sedang melamun, ia salah membaca peta, maka tersesatlah mereka.
Seharusnya mereka sudah tiba di sebuah desa, tidur menumpang di rumah penduduk dan menikmati kehangatan, akhirnya mereka harus bermalam di dalam hutan dan berjaga kalau-kalau ada hewan buas yang mengancam nyawa mereka. Mereka sangat kedinginan, dan kelaparan.
Esok harinya, sahabatnya yang marah enggan mengajaknya berbicara. Iapun melampiaskan amarahnya pada sebuah batu. Dituliskannya kesalahan si pembaca peta karena telah membuat keduanya tersesat. Iapun akhirnya meminta peta tersebut, dan memutuskan menjadi penunjuk jalan.
Hari sudah hampir larut malam, tak jua mereka menemukan rumah penduduk. Mereka justru terdampar d gurun pasir. Di depan mereka hamparan pasir luas seperti tak berbatas. Ia tetap ngotot untuk menyeberangi lautan pasir tersebut. Dengan langkah berat, sahabatnya mengikuti, dan ternyata mereka tersesat lagi.
Tentu saja sahabat yang awalnya menjadi penunjuk jalan itu balas marah. Saat tersesat di hutan, mereka masih enak bisa tidur di atas pohon dan memakan buah-buahan liar. Tetapi, di gurun, bagaimana mereka bisa makan sesuatu? Mereka semakin kelaparan.
Keesokan harinya, ia melampiaskan amarahnya di atas pasir. Dituliskannya besar-besar kemarahan yang ia rasakan. Heran dengan yang dilakukan sahabatnya, bertanyalah sahabat yang lain. “Aku kemarin juga melampiaskan kemarahanku, kutulis besar-besar di batu. Tapi mengapa kau malah melampiaskan amarahmu di pasir?” tanyanya penuh keheranan.
Masih dengan wajah marahnya, ia menoleh dan menjawab. “Tentu saja aku menulisnya di pasir. Aku tak mau semua orang membacanya kelak. Aku berharap amarah itu akan hilang tertiup angin, dan tidak tersimpan lama di sana,” katanya tegas.
Terharu, dipeluknya sahabat yang sedang marah itu erat-erat. “Maafkan aku, sahabat. ”
Hendaknya, sebuah kemarahan itu memang tidak disimpan di dalam hati. Jangan diukir dan dikoar-koarkan sehingga semua orang tahu. Jangan pula dibiarkan menjadi prasasti yang akhirnya akan berbuah dendam.
Nah sobat blogger, kalian pastinya sudah memahami inti dari kisah inspirasi diatas. Lebih baik, amarah ditulis di atas pasir jangan diatas batu agar tak semua orang tahu apa kesalahan yang sudah orang perbuat kepada kita. Dan berdoalah agar amarahmu ikut pergi saat angin bertiup nanti. Karena sesungguhnya orang yang bisa memaafkan kesalahan orang lain adalah orang yang mulia.
Semoga Bermanfaat!!!! - Kisna Hafizh -
Title : Ukirlah Diatas Pasir, Jangan Diatas Batu
Description : Ukirlah Diatas Pasir, Jangan Diatas Batu - Sobat blogger, apakah kalian punya sahabat karib? Pernahkan sahabat kalian melakukan kesalahan ...